Langsung ke konten utama

KuJemput Engkau di Sepertiga Malam (3)


Dalam beberapa hari ini aku terus membayangkannya, berharap dialah lelaki yang selama ini aku cari untuk menjadi pendamping hidupku. Kucoba menelusuri jejaknya dari sosial media. Tapi sayangnya, tak ada informasi apapun. Pada akhirnya aku memberanikan diri untuk mengatakan padanya melalui pesan singkat.
“Maaf sebelumnya, saya hanya ingin mengatakan yang sebenarnya, bahwa saya ingin Anda bisa menjadi imam saya”
Akhirnya pesan itu pun terkirim kepadanya. Hingga akhirnya 40 menit kemudian ponselku bergetar. Kucoba membuka kunci poselku. Kulihat satu pesan masuk. Tak asing lagi nomor ini adalah balasan dari pesanku tadi. Isi pesannya adalah.
“Maaf mba, mungkin mbaknya bisa mencari yang lain, saya sudah ada calon mba.”
Aku pun terdiam dan hampir meneteskan air mata.
Dalam hati hanya berbisik, “dear Allah, hamba sudah pasrah Ya Allah, hamba nggak tau lagi harus seperti apa, hambamu sangat takut untuk berbuat maksiat. Ya Allah tolong hamba”
Kucoba baringkan badan dan sambil beristighfar dalam hati. Aku pun mencoba pasrah dengan ketetapan-Nya. Mungkin bukan lelaki itu yang terbaik untukku. Atau aku yang terlalu memilih calon pendamping hidup. Terkadang rasanya aku ingin menyerah, tapi Islam mengajari bahwa putus asa itu dosa. Kusadari semua salahku. Suatu ketika ada lelaki baik namun aku tolak. Tetapi aku mencobanya kembali untuk menerimanya. Namun, aku tidak diterima. Tidak hanya dia, tapi sebelumnya pernah ada beberapa yang pernah aku tolak.
***
“Nak, kamu mau nikah sama siapa?”, tanya ibu
Sejenak aku terdiam, bingung untuk menjawabnya.
“Segeralah menikah, sebelum akhirnya usiamu menginjak usia tua”
“Iya bu, ibu doain aku ya”
“Setiap hari ibu doakan”
Ibu, Beliau adalah sosok yang selalu mendoakanku, selalu memberiku semangat, motivasi, perhatian, dan juga kasih sayangnya yang tiada tara. Aku tidak mau menghadiahkan ibu dengan kado yang jelek. Aku membutuhkan sosok lelaki yang baik agama dan akhlaknya. Juga ia adalah seseorang yang cerdas, suka kebersihan, dan juga bisa mengajariku cara berdakwah. Aku tahu, aku banyak sekali kekurangannya. Jadi aku pun tidak mau mengecewakan ibuku. Mungkin inilah saatnya, aku tidak mau untuk kembali dengan dunia masa lalu. Aku harus berubah. Aku percaya bahwa jodoh itu tidak akan pernah tertukar.
Mungkin benar bukan ia yang terbaik untukku. Entah siapapun ia, aku harap engkau dalam keadaan yang baik, selalu dilindungi Allah dimanapun berada.
***
 Hari demi hari silih berganti. Siang itu, aku belum makan nasi. Seperti biasa aku pergi keluar kantor untuk membeli makan. Sesampainya di warung, kulihat ada sesosok lelaki yang tidak asing di mataku. Seperti pernah melihatnya. Aku coba mengingat perlahan. Ternyata dia adalah lelaki yang dulu sebagai qori saat pernikahan saudaraku. Kucoba perhatikan ia, ia pun menoleh kearahku. Dia mungkin tidak tahu siapa aku, tapi aku masih mengingatnya. Yang aku fikirkan adalah mengapa ia bisa berada di warung itu. Mungkinkah ia warga sekitar tempatku bekerja atau hanya kebetulan saja lewat. Sejenak kuabaikan.
Setelah selesai membeli makan siang, aku langsung bergegas menuju tempat kerjaku kembali. Tapi bayangan lelaki itu masih terbayang. Hatiku menjadi penuh tanya. Mengapa bisa bertemua ia kembali, pikirku.
Aku sangat yakin jika memang jodoh pasti akan bertemu. Tapi, yang ada di hadapanku, kurasa aku terlalu berekspektasi terlalu tinggi. Ia pandai baca Quran, suaranya pun bagus.
“Sudahlah ukhty, jangan dipikirkan, nanti galau”, pinta hatiku.
***



yang belum baca di chapter 1 : klik di sini
yang belum baca di chapter 2 : klik di sini

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membuat Program Menghitung Kecepatan dengan Java

Assalamu 'alaykum sobat blogger.... Udah 1 tahun kaga ngepost... Sorry....sibuk...ciee sibuk..(padahal si enggak) Yauda langsung aja, kali ini ane mau kasih script java. Cekidot: import java.util.Scanner; class tugas7{ public static void main(String[] args){ Scanner sc = new Scanner(System.in);

Ada Sepenggal Cinta Di Januari

“Dorrrrrrrr,,,,,,,dorrrrrrrrrrrr.........”, bunyi suara kembang api terdengar melenting ke langit. Nia seorang gadis bisu itu hanya bisa melihat dari jendela rumahnya. Ia ingin sekali bisa melihat kembang api itu secara langsung. Tapi ia tahu, ia tidak akan diperbolehkan oleh neneknya. Sudah 5 tahun Nia tinggal bersama neneknya. Ayahnya sibuk bekerja di luar kota. Hanya setahun sekali saja Beliau pulang saat lebaran. Ibunya sudah meninggal   saat Nia masih berumur 2 tahun. Kini Nia sudah berumur 21 tahun, namun suatu hari kecelakaan membuat dirinya kehilangan suaranya yang sangat merdu.

Kujemput Engaku di Sepertiga Malam (2)

 Oleh : Debby Ummul Hidayah Seperti biasa aku terbangun di tengah malam sekitar pukul 03.05 WIB. Namun, saat itu rasa malas benar-benar menggelayuti tubuhku. Tak ingin beranjak dari tempat tidur dan ingin sekali mata ini terpejam kembali. Sejenak aku bayangkan sesuatu yang akhirnya teringat dengan ia. Lelaki itu. Akhirnya aku pun bangun dan beranjak dari tempat tidur kemudian mengambil air wudlu. Kugerakkan badan ini dengan mencoba khusyuk untuk shalat malam. Tak lupa aku berdoa meminta petunjuk-Nya mengenai siapa sosok lelaki itu. Apakah ia lelaki yang selama ini aku cari atau sebaliknya ia hanya untuk mengujiku. Kurang lebih 30 menitan aku pun selesai dari shalat. Lalu aku tertidur kembali. Hingga tak menyadari aku terus membayangkannya. Kubayangkan ia ke rumahku dan mengatakan sesuatu yang sangat istimewa. Tapi hatiku menegurku. “Ukhty, istighfar...tidak seperti itu”, celetuk hatiku. Bibirku pun berucap, “Astaghfirullah hal’adzim”. “Ya Allah maafin hamba...” ...