Oleh : Debby Ummul Hidayah
Sore itu, adalah pertemuan pertamaku
dengannya. Seorang lelaki muda berparas tampan, idaman setiap cewek-cewek ABG
seusianya. Hingga mataku pun tak mau menoleh arah lain selain padanya.
Bagaimanapun juga, setan adalah pihak ketiga
yang selalu menjerumuskan manusia ke lembah dosa. Berbisik halus di telingaku
sambil merayu, “cakep kan dia?”. Mataku pun tak ingin berkedip melihatnya.
Kuperhatikan parasnya yang menawan. Dari mata turun ke hati. Kembali setan
merajai hatiku. Membuat diriku bergetar akan ketampanannya. Aku pun susah untuk melepasnya pergi. Hingga tak
kusadari lelaki itu menoleh ke arahku. Kubalikkan badan sambil tertunduk malu.
Ingin berlari pergi tapi lagi pakai sepatu high
heels. “Duh, gimana ini, jangan ke sini Ya Allah, pliss Ya Allah, cowok itu
jangan sampe mendekat”, gumamku.
“Maaf...”
Terdengar suara seseorang dari arah
belakang. Ingin menoleh tapi tubuh ini terasa bergetar. Terlebih debaran
jantung yang terus membuatku panik. Kupejamkan mata.
“Maaf mba...”
Ia berbicara kembali. Namun, aku tak
berani menoleh juga.
“Tadi mba-nya sepertinya mau ngomong
sesuatu, ada yang bisa saya bantu?”
Kali ini benar-benar buyar
konsentrasiku. Dia mengira aku akan mengatakan sesuatu padanya. Mungkin ini
memang kesempatan bagus untuk berbicara dengannya. Tapi waktunya tidak tepat. Terlebih
mukaku kusam, lelaki setampan dan seputih dia mana mau berbicara dengan gadis
sepertiku. Kuputuskan untuk memberikan isyarat padanya. Kuarahkan telapak
tangan ke belakang yang berarti tidak ada yang mau dibicarakan. Kuharap ia
mengerti.
“Baik mba, kalo nggak ada yang mau
dibicarakan, saya ijin pergi...”
Lega raasanya. Dengan perlahan
kubalikkan badan. Ia memang pergi. Hanya terlihat punggung belakangnya yang
terlihat atletis dengan baju hitamnya.
***
Bersambung...
Komentar
Posting Komentar