Langsung ke konten utama

Kujemput Engaku di Sepertiga Malam (2)



 Oleh : Debby Ummul Hidayah
Seperti biasa aku terbangun di tengah malam sekitar pukul 03.05 WIB. Namun, saat itu rasa malas benar-benar menggelayuti tubuhku. Tak ingin beranjak dari tempat tidur dan ingin sekali mata ini terpejam kembali. Sejenak aku bayangkan sesuatu yang akhirnya teringat dengan ia. Lelaki itu. Akhirnya aku pun bangun dan beranjak dari tempat tidur kemudian mengambil air wudlu.
Kugerakkan badan ini dengan mencoba khusyuk untuk shalat malam. Tak lupa aku berdoa meminta petunjuk-Nya mengenai siapa sosok lelaki itu. Apakah ia lelaki yang selama ini aku cari atau sebaliknya ia hanya untuk mengujiku.
Kurang lebih 30 menitan aku pun selesai dari shalat. Lalu aku tertidur kembali. Hingga tak menyadari aku terus membayangkannya. Kubayangkan ia ke rumahku dan mengatakan sesuatu yang sangat istimewa. Tapi hatiku menegurku.
“Ukhty, istighfar...tidak seperti itu”, celetuk hatiku.
Bibirku pun berucap, “Astaghfirullah hal’adzim”.
“Ya Allah maafin hamba...”
Tak lama kemudian adzan pun berkumandang. Aku tak jadi tertidur, bergegas kembali berwudlu dan bersiap untuk menjalankan ibadah shalat shubuh.

***
Seperti biasa aku menjalankan aktivitas harianku di kantor. Hingga tak kusadari hari ini ada rapat yang hampir terlupakan. Rapat ini dihadiri oleh seluruh karyawan dan sekaligus perkenalan karyawan baru.
“Assalamu ‘alaykum ukhtyyy....”, pinta seseorang dari arah belakangku.
Aku pun menoleh dan kujawab, “Wa’alaykumussalam, Ya Allah Ratih ngagetin aja, kirain siapa”.
“Abisnya tadi kamu kayak lagi ngalamun, hayoo ngalamunin apa?”, pinta Ratih.
“Nggak kok, hehe...eh ke aula yuk udah di WA nih suruh kumpul”, jawabku mengalihkan pembicaraan.
“Hmm, iya iyaa”.
Akhirnya aku dan Ratih pun beranjak dari meja kerjaku menuju ke aula. Aku berjalan beriringan dengan Ratih dan setibanya sampai bibir pintu aula, rasanya seperti ada yang terlupakan. Oh iya, baru ingat, aku lupa membawa buku catatan. Intinya setiap ada rapat aku harus mencatat apa isi dari tersebut. Meski kadang isinya tidak dicatat pun tidak mengapa. Tapi inilah kebiasaanku.
“Say, aku balik lagi bentar ya, kamu masuk dulu aja, aku mau ambil buku bentar”, kataku.
“Ya udah aku masuk duluan”.
Dan ketika itu, aku melihatnya kembali. Seperti sebuah keberuntungan karena sebuah kelupaan yang akhirnya membawaku untuk bertemu dengannya. Ia duduk di sebuah lobi menghadap ke arah luar.
“Ayolah menghadap ke sini, aku ingin melihatmu”, kataku dalam hati.
Upss, ada seseorang menuju arahnya, mungkin ia temannya. Aku pun bergegas menuju ruanganku.
“Hufhhh, lega..untung ia gak liat”.
Langsung kuambil saja buku dan pulpen catatan itu. Sejenak duduk untuk minum dan bergegas kembali ke aula.
***


Bersambung....
Bagian 1 nya bisa kalian baca dengan klik link ini ya guys KLIK DISINI


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membuat Program Menghitung Kecepatan dengan Java

Assalamu 'alaykum sobat blogger.... Udah 1 tahun kaga ngepost... Sorry....sibuk...ciee sibuk..(padahal si enggak) Yauda langsung aja, kali ini ane mau kasih script java. Cekidot: import java.util.Scanner; class tugas7{ public static void main(String[] args){ Scanner sc = new Scanner(System.in);

Math Quiz

Siapa yang suka nge-game? Angkat jarinya :)  Di sini saya share mengenai game "Math Quiz" Ini dia tampilannya, cekidot :

KuJemput Engkau di Sepertiga Malam (3)

Dalam beberapa hari ini aku terus membayangkannya, berharap dialah lelaki yang selama ini aku cari untuk menjadi pendamping hidupku. Kucoba menelusuri jejaknya dari sosial media. Tapi sayangnya, tak ada informasi apapun. Pada akhirnya aku memberanikan diri untuk mengatakan padanya melalui pesan singkat. “Maaf sebelumnya, saya hanya ingin mengatakan yang sebenarnya, bahwa saya ingin Anda bisa menjadi imam saya” Akhirnya pesan itu pun terkirim kepadanya. Hingga akhirnya 40 menit kemudian ponselku bergetar. Kucoba membuka kunci poselku. Kulihat satu pesan masuk. Tak asing lagi nomor ini adalah balasan dari pesanku tadi. Isi pesannya adalah. “Maaf mba, mungkin mbaknya bisa mencari yang lain, saya sudah ada calon mba.” Aku pun terdiam dan hampir meneteskan air mata. Dalam hati hanya berbisik, “dear Allah, hamba sudah pasrah Ya Allah, hamba nggak tau lagi harus seperti apa, hambamu sangat takut untuk berbuat maksiat. Ya Allah tolong hamba” Kucoba baringkan badan dan sambil beri