Sudah 5 tahun Nia tinggal bersama
neneknya. Ayahnya sibuk bekerja di luar kota. Hanya setahun sekali saja Beliau
pulang saat lebaran. Ibunya sudah meninggal saat Nia masih berumur 2 tahun. Kini Nia sudah
berumur 21 tahun, namun suatu hari kecelakaan membuat dirinya kehilangan
suaranya yang sangat merdu.
Hari-harinya menjadi kelabu, ia sering
dimarahi oleh neneknya walau sebenarnya ia tidak bersalah. Dulu, Nia sering
dipuji terlebih ketika ia akan kontes menyanyi di Amerika. Namun, semuanya
semu. Kecelakaan itu membuat Nia kehilangan suaranya. Kata dokter yang
menangani, Nia dipastikan akan bisu seumur hidupnya. Mendengar hal itu, ia
sangat sedih. Hampir saja ia akan bunuh diri.
Matahari berpendar menyinari bumi, suara
burung-burung menyanyi indah di atap rumah nenek. Pancaran matahari memasuki
rongga-rongga kulitnya. Nia duduk di bawah jemuran sambil memandang ke arah
burung-burung itu. Ia sangat rindu akan suaranya. Melihat burung-burung itu
bernyanyi, ia menjadi sedih. Ingin sekali rasanya Nia mengeluarkan suaranya. Tapi
apa daya, ia tidak bisa. Hanya senyuman manis melihat burung-burung itu
bernyanyi.
“Nia, Nia cepat ke sini !!!!!”, kata
nenek dari dalam rumah.
Nia bergegas menuju ke arah nenek.
“Cepat kamu masak, nenek sangat lapar!!”,
ucap nenek kasar.
Nia hanya menganggukkan kepalanya. Setelah
itu ia langsung bergegas menuju ke dapur. Setiap pagi, siang, dan sore ia harus
membuat sarapan untuk neneknya. Walau ia yang memasak, tetapi jatah makanan
untuknya hanya ketika pagi dan siang. Setiap malam ia tidak pernah mendapat
jatah makan malam. Sebagai gantinya Nia hanya minum air putih setiap malam. Itu
sudah membuat perutnya kenyang.
“Ting tong,,,,,”, suara bel berbunyi.
“Nia. . . .cepat kamu buka pintunya
!!!!!!”, pinta nenek.
Nia mengecilkan api kompor dan segera
berlari menuju pintu depan. Dibukanya pintu itu dan terlihat sebuah pancaran
cahaya dengan senyum yang sangat manis. Nia mengarahkan tangannya menuju kursi
ruang tamu. Neneknya datang menemui wanita itu.
“Udah sana, kamu buat minum !”, perintah
neneknya.
Nia menuju ke dapur. Ia lupa kalau
sedang memasak. Masakan yang ia buat sedikit gosong.
“Nia cepetan donk buat minumnya”, kata
nenek dari arah ruang tamu.
“Ndak usah repot-repot nek, saya tadi
juga baru mendapat jamuan”, sahut wanita itu.
“Pyarrrrr.............”, terdengar suara
gelas pecah dari arah dapur.
Nenek langsung menghampiri.
“Kamu gimana sich? Buat minum saja tidak
becus!! Cepat bereskan dan buat minum !!”, kata nenek kasar.
Dalam hati Nia menangis, ingin rasanya
ia membela diri. Tapi ia tahu, itu tidak akan bisa. Lalu, ia bereskan pecahan
gelas itu dan membuat minuman.
Nia membawa minuman yang telah dibuat ke
arah ruang tamu.
“Kamu itu memang anak yang tidak
berguna, buat minuman saja lama, lihat tamunya sudah pulang !!”, pinta nenek
kasar sambil menumpahkan minuman ke rambut Nia.
Segera ia membereskan semuanya. Nia si
gadis bisu itu hanya bisa bersabar dengan segala kerendahan hatinya. Ia menerima
dengan lapang dada semua perlakuan nenek. Bagaimanapun juga, neneknya adalah
satu-satunya orang yang mau menerimanya, memberinya tempat tinggal walau
perlakuannya kasar namun sebenarnya neneknya sangat menyayanginya
Keesokan hari, neneknya ada acara
pengajian di rumah temannya. Seperti biasa, ia mengerjakan pekerjaan rumah. Menyapu,
mencuci pakaian, memasak, menyetrika, dan mengepel. Itu sudah menjadi kegiatan
rutin. Jika tidak dikerjakan ia merasa ada sesuatu yang kurang.
Setelah semua pekerjaan rumah selesai,
ia masuk ke kamarnya. Tersudut ia di pojok kamar. Mendengarkan lagu-lagu
kesukaannya. Ia juga sangat senang menulis. Sekarang ia tahu mengapa ia bisu. Bukan
berarti ia harus kehilangan semua kesempatan untuk berkarya. Justru,
sebaliknya. Sekarang Nia menjadi lebih bersyukur atas segala pemberian Rabbi. Karena
segala sesuatu telah diatur oleh-Nya. Dengan ia bisu, ia menjadi tidak banyak
berbicara. Untuk berkomunikasi ia masih bisa menggunakan tangannya dengan cara
menuliskan pada kertas tentang apa yang ia utarakan.
Tiba-tiba suara telepon berdering, Nia
mengangkatnya. Terdengar suara meledak-ledak.
“Hallo, cepat Nia nenek kamu pingsan”,
kata suara di telepon.
Nia langsung menutup telepon dan
bergegas menuju rumah teman neneknya. Tak lupa kertas dan pulpen ia bawa. Sesampainya
di sana. Nia menuliskan, “Saya akan menggendong nenek sampai rumah”.
Kemudian dengan segala kekuatannya, Nia
menggendong neneknya. Perlahan-lahan ia berjalan menuju rumah. Sesekali ia
berhenti lantaran nenek memang cukup berat.
Setibanya di rumah, Nia langsung
membaringkan neneknya di kamar. Nia mengambil kompres dan meletakannya pada
jidat nenek. Nia tidak tahu apa yang terjadi dengan neneknya. Mungkin karena
nenek cukup kelelahan dan karena pagi tadi belum sarapan. Pikirnya. Nia menuju
ke dapur, ia membuat bubur sum-sum.
“Nia, Nia cepat ke sini”, kata nenek
lirih.
Untunglah telinga Nia cukup peka. Ia segera
menuju ke kamar nenek.
Mata Nia berbinar-binar. Seketika meneskan
air mata.
“Nia, maafkan nenek. Nenek selalu
memarahimu setiap hari, tapi kamu tidak melawan. Kamu tetap bersabar. Nia, cucu
nenek, maafkan semua kesalahan nenek”,
kata nenek dengan nada sendu.
Nia memeluk neneknya dengan air matanya
terus menetes. Kemudian, ia menuju ke dapur dan mengambilkan bubur sum-sum
untuk neneknya. Neneknya memintanya menyuapinya.
Kali ini, neneknya terlihat mulai
sumringah. Ternyata perlakuan kerasnya selama ini tak dibalas sedikitpun oleh
Nia. Malah sebaliknya, Nia tetap menyayangi neneknya. Dengan kasih sayangnya.
Pelangi indah mulai terbentuk antara Nia
dan neneknya. Nia mendapatkan kembali hari-harinya yang sangat indah. Bahkan,
sekarang neneknya sudah tidak memarahinya lagi. Neneknya hanya bisa berbaring
di kamar. Nia tetap menghibur neneknya. Ia memainkan gitarnya dan neneknya yang
menyanyi. Sungguh suasana yang damai menyelimuti keluarga itu.
Hari berikutnya, keadaan neneknya mulai
parah. Nia menuliskan pada selembar kertas kepada neneknya, “nek, Nia mau ke
rumah sakit memanggil dokter”.
Neneknya langsung mengatakan, “tidak
usah cucuku, sepertinya waktu nenek sudah tidak akan lama lagi”.
Mata Nia berbinar-binar. Tetesan air
mata kini kembali keluar membasahi pipinya. Dipeluk dengan sangat erat
neneknya. Hingga pada akhirnya, nenek menghembuskan nafas yang terakhir.
Benih-benih cinta telah berakar. Bulan Januari
yang indah dengan sepenggal cinta antara nenek dan Nia.
bagus ukh :)
BalasHapusterima kasih infonya :)
BalasHapusCeritanya menarik dan sangat mudah dimengerti :)
BalasHapusWhat is The Best Slots and Casinos to Play at in 2021?
BalasHapusSlots 올레 벳 and the internet have turned 먹튀폴리스 검증업체 a corner 슬롯 머신 The world 1xbet download of gambling is at its peak and no one seems to 아이벳 be paying attention to it. But